Minggu, 25 April 2010
kisah seorang anak..
Minggu, 11 April 2010
mother nature..
bencana alam kembali terjadi..
huft.. bosen..
ingin seperti dulu lagi..
bisa gag ye ??
bila hutan yang hijau telah gersang..bila kicau burung hanya terkurung..bila bening sungai berganti kelam..bila nyanyian alam menjadi hilang..kemana kita harus pergi ??dimana kita kan mencari ??bila mentari tertutup asap hitam..bila udara tak lagi menyegarkan..bila kehidupan tak perdulikan alam..bila semua hanyalah keegoisan..kemana kita harus pergi ??dimana kita kan mencari ??kerusakan dimuka bumi karena tangan-tangan manusia-lah semata..dan manusia-lah yang akan merasakan akibatnya..let's start to care and love mother nature..apakah kesadaran kita baru terjaga,ketika kekuatan alam telah menurunkan bencana ??segeralah berbenah diwaktu yang tersisa..NOW,,LET'S START TO CARE AND LOVE MOTHER NATURE...
Rabu, 07 April 2010
sifat malu kaum wanita..
Malu adalah akhlak yang menghiasi perilaku manusia dengan cahaya dan keanggunan yang ada padanya. Inilah akhlak terpuji yang ada pada diri seorang lelaki dan fitrah yang mengkarakter pada diri setiap wanita. Sehingga, sangat tidak masuk akal jika ada wanita yang tidak ada rasa malu sedikitpun dalam dirinya. Rasa manis seorang wanita salah satunya adalah buah dari adanya sifat malu dalam dirinya.
Apa sih sifat malu itu? Imam Nawani dalam Riyadhush Shalihin menulis bahwa para ulama pernah berkata, “Hakikat dari malu adalah akhlak yang muncul dalam diri untuk meninggalkan keburukan, mencegah diri dari kelalaian dan penyimpangan terhadap hak orang lain.”
Abu Qasim Al-Junaid mendefinisikan dengan kalimat, “Sifat malu adalah melihat nikmat dan karunia sekaligus melihat kekurangan diri, yang akhirnya muncul dari keduanya suasana jiwa yang disebut dengan malu kepada Sang Pemberi Rezeki.”
Ada tiga jenis sifat malu, yaitu:
1. Malu yang bersifat fitrah. Misalnya, malu yang dialami saat melihat gambar seronok, atau wajah yang memerah karena malu mendengar ucapan jorok.
2. Malu yang bersumber dari iman. Misalnya, seorang muslim menghindari berbuat maksiat karena malu atas muraqabatullah (pantauan Allah).
3. Malu yang muncul dari dalam jiwa. Misalnya, perasaan yang menganggap tidak malu seperti telanjang di hadapan orang banyak.
Karena itu, beruntunglah orang yang punya rasa malu. Kata Ali bin Abi Thalib, “Orang yang menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, niscaya orang-orang tidak akan melihat aib dan cela pada dirinya.”
Bahkan, Rasulullah saw. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Iman memiliki 70 atau 60 cabang. Paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat malu adalah cabang dari keimanan.” (HR. Muslim dalam Kitab Iman, hadits nomor 51)
Dari hadits itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak akan ada sifat malu dalam diri seseorang yang tidak beriman. Akhlak yang mulia ini tidak akan kokoh tegak dalam jiwa orang yang tidak punya landasan iman yang kuat kepada Allah swt. Sebab, rasa malu adalah pancaran iman.
Tentang kesejajaran sifat malu dan iman dipertegas lagi oleh Rasulullah saw., “Malu dan iman keduanya sejajar bersama. Ketika salah satu dari keduanya diangkat, maka yang lain pun terangkat.” (HR. Hakim dari Ibnu Umar. Menurut Hakim, hadits ini shahih dengan dua syarat-syarat Bukhari dan Muslim dalam Syu’ban Iman. As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shagir menilai hadits ini lemah.)
Karena itu, sifat malu tidak akan mendatangkan kemudharatan. Sifat ini membawa kebaikan bagi pemiliknya. “Al-hayaa-u laa ya’tii illa bi khairin, sifat malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5652)
Dengan kata lain, seseorang yang kehilangan sifat malunya yang tersisa dalam dirinya hanyalah keburukan. Buruk dalam ucapan, buruk dalam perangai. Tidak bisa kita bayangkan jika dari mulut seorang muslimah meluncur kata-kata kotor lagi kasar. Bertingkah dengan penampilan seronok dan bermuka tebal. Tentu bagi dia surga jauh. Kata Nabi, “Malu adalah bagian dari iman, dan keimanan itu berada di surga. Ucapan jorok berasal dari akhlak yang buruk dan akhlak yang buruk tempatnya di neraka.” (HR. Tirmidzi dalam Ktab Birr wash Shilah, hadits nomor 1932)
Karena itu, menjadi penting bagi kita untuk menghiasi diri dengan sifat malu. Dari mana sebenarnya energi sifat malu bisa kita miliki? Sumber sifat malu adalah dari pengetahuan kita tentang keagungan Allah. Sifat malu akan muncul dalam diri kita jika kita menghayati betul bahwa Allah itu Maha Mengetahui, Allah itu Maha Melihat. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dari Penglihatan Allah. Segala lintasan pikiran, niat yang terbersit dalam hati kita, semua diketahui oleh Allah swt.
Jadi, sumber sifat malu adalah muraqabatullah. Sifat itu hadir setika kita merasa di bawah pantauan Allah swt. Dengan kata lain, ketika kita dalam kondisi ihsan, sifat malu ada dalam diri kita. Apa itu ihsan? “Engkau menyembah Allah seakan melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu,” begitu jawaban Rasulullah saw. atas pertanyaan Jibril tentang ihsan.
Itulah sifat malu yang sesungguhnya. Sebagaimana yang sampai kepada kita melalui Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Malulah kepada Allah dengan malu yang sebenar-benarnya.” Kami berkata, “Ya Rasulullah, alhamdulillah, kami sesungguhnya malu.” Beliau berkata, “Bukan itu yang aku maksud. Tetapi malu kepada Allah dengan malu yang sesungguhnya; yaitu menjaga kepala dan apa yang dipikirkannya, menjaga perut dari apa yang dikehendakinya. Ingatlah kematian dan ujian, dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan alam akhirat, maka ia akan tinggalkan perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang melakukan hal itu, maka ia memiliki sifat malu yang sesungguhnya kepada Allah.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Shifatul Qiyamah, hadits nomor 2382)
Ingat! Malu. Bukan pemalu. Pemalu (khajal) adalah penyakit jiwa dan lemah kepribadian akibat rasa malu yang berlebihan. Sebab, sifat malu tidaklah menghalangi seorang muslimah untuk tampil menyuarakan kebenaran. Sifat malu juga tidak menghambat seorang muslimah untuk belajar dan mencari ilmu. Contohlah Ummu Sulaim Al-Anshariyah.
Dari Zainab binti Abi Salamah, dari Ummu Salamah Ummu Mukminin berkata, “Suatu ketika Ummu Sulaim, istri Abu Thalhah, menemui Rasulullah saw. seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu pada kebenaran. Apakah seorang wanita harus mandi bila bermimpi?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, bila ia melihat air (keluar dari kemaluannya karena mimpi).’” (HR. Bukhari dalam Kitab Ghusl, hadits nomor 273)
Saat ini banyak muslimah yang salah menempatkan rasa malu. Apalagi situasi pergaulan pria-wanita saat ini begitu ikhtilath (campur baur). Ketika ada lelaki yang menyentuh atau mengulurkan tangan mengajak salaman, seorang muslimah dengan ringan menyambutnya. Ketika kita tanya, mereka menjawab, “Saya malu menolaknya.” Bagaimana jika cara bersalamannya dengan bentuk cipika-cipiki (cium pipi kanan cium pipi kiri)? “Ya abis gimana lagi. Ntar dibilang gak gaul. Kan tengsin (malu)!”
Bahkan ketika dilecehkan oleh tangan-tangan jahil di kendaraan umum, tidak sedikit muslimah yang diam tak bersuara. Ketika kita tanya kenapa tidak berteriak atau menghardik lelaki jahil itu, jawabnya, sekali lagi, saya malu.
Jelas itu penempatan rasa malu yang salah. Tapi, anehnya tidak sedikit muslimah yang lupa akan rasa malu saat mengenakan rok mini. Betul kepala ditutupi oleh jilbab kecil, tapi busana ketat yang diapai menonjolkan lekak-lekut tubuh. Betul mereka berpakaian, tapi hakikatnya telanjang. Jika dulu underwear adalah busana sangat pribadi, kini menjadi bagian gaya yang setiap orang bisa lihat tanpa rona merah di pipi.
Begitulah jika urat malu sudah hilang. “Idza lam tastahyii fashna’ maa syi’ta, bila kamu tidak malu, lakukanlah apa saja yang kamu inginkan,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Ahaditsul Anbiya, hadits nomor 3225).
Ada tiga pemahaman atas sabda Rasulullah itu. Pertama, berupa ancaman. “Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Fushhdilat: 40).
Kedua, perkataan Nabi itu memberitakan tentang kondisi orang yang tidak punya malu. Mereka bisa melakukan apa saja karena tidak punya standar moral. Tidak punya aturan.
Ketiga, hadits ini berisi perintah Rasulullah saw. kepada kita untuk bersikap wara’. Jadi, kita menangkap makna yang tersirat bahwa Rasulullah berkata, apa kamu tidak malu melakukannya? Kalau malu, menghindarlah!
Salman Al-Farisi punya pemahaman lain lagi tentang hadits itu. “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla apabila hendak membinasakan seorang hamba, maka Ia mencabut darinya rasa malu. Bila rasa malu telah dicabut, maka engkau tidak akan menemuinya kecuali sebagai orang yang murka dan dimurkai. Bila engkau tidak menemuinya kecuali sebagai orang yang murka dan dimurkai, maka dicabutlah pula darinya sifat amanah. Bila sifat amanah itu dicabut darinya, maka engkau tidak akan menjumpainya selain sebagai pengkhianat dan dikhianati. Bila engkau tak menemuinya selain pengkhianat dan dikhianati, maka rahmat Allah akan dicabut darinya. Bila rahmat itu dicabut darinya, maka engakau tidak akan menemukannya selain sosok pengutuk dan dikutuk. Bila engkau tidak menemukannya selain sebagai pengkutuk dan dikutuk, maka dicabutlah darinya ikatan Islam,” begitu kata Salman. (HR. Ibnu Majah dalam Kitab Fitan, hadits nomor 4044, sanadnya lemah, tapi shahih)
Wanita yang beriman adalah wanita yang memiliki sifat malu. Sifat malu tampak pada cara dia berbusana. Ia menggunakan busana takwa, yaitu busana yang menutupi auratnya. Para ulama sepakat bahwa aurat seorang wanita di hadapan pria adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan.
Ibnu Katsir berkata, “Pada zaman jahiliyah dahulu, sebagian kaum wanitanya berjalan di tengah kaum lelaki dengan belahan dada tanpa penutup. Dan mungkin saja mereka juga memperlihatkan leher, rambut, dan telinga mereka. Maka Allah memerintahkan wanita muslimah agar menutupi bagian-bagian tersebut.”
Menundukkan pandangan juga bagian dari rasa malu. Sebab, mata memiliki sejuta bahasa. Kerlingan, tatapan sendu, dan isyarat lainnya yang membuat berjuta rasa di dada seorang lelaki. Setiap wanita memiliki pandangan mata yang setajam anak panah dan setiap lelaki paham akan pesan yang dimaksud oleh pandangan itu. Karena itu, Allah swt. memerintahahkan kepada lelaki dan wanita untuk menundukkan sebagaian pandangan mereka.
Memang realitas kekinian tidak bisa kita pungkiri. Kaum wanita saat ini beraktivitas di sektor publik, baik sebagai profesional ataupun aktivis sosial-politik. Ada yang dengan alasan untuk melayani kepentingan sesama wanita yang fitri. Ada juga yang karena keterpaksaan. Tidak sedikit wanita harus bekerja karena ia adalah tulang punggung keluarganya. Sehingga, ikhtilath (bercampur baur dengan lelaki) tidak bisa terhindari.
Untuk yang satu ini, mari kita kutip pendapat Dr. Yusuf Qaradhawi, “Saya ingin mengatakan di sini bahwa kata ikhtilath dalam hal hubungan antara lelaki dan wanita adalah kata diadopsi ke dalam kamus Islam yang tidak dikenal oleh warisan budaya kita pada sejarah abad-abad sebelumnya, dan tidak diketahui selain pada masa ini. Mungkin saja ia berasal dari bahasa asing, hal itu memiliki isyarat yang tidak menenteramkan hati setiap muslim. Yang lebih cocok mungkin bisa menggunakan kata liqa’ atau muqabalah –keduanya berarti pertemuan—atau musyarakah (keterlibatan) seorang lelaki dan wanita, dan sebagainya. Yang jelas, Islam tidak mengeluarkan aturan atau hukum umum terkait dengan masalah ini. Namun hanya melihat tujuan adanya aktivitas tersebut atau maslahat yang mungkin terjadi dan bahaya yang dikhawatirkan, gambaran yang utuh dengannya, dan syarat-syarat yang harus diperhatikan di dalamnya.”
Ada adab yang harus ditegakkan kala terjadi muqabalah antara pria dan wanita. Adab-adab itu adalah:
1. Ada pembatasan tempat pertemuan
2. Menjaga pandangan dengan menundukkan sebagian pandangan
3. Tidak berjabat tangan dalam situasi apa pun dengan yang bukan muhrimnya
4. Hindari berdesak-desakan dan lakukan pembedaan tempat bagi lelaki dan wanita
5. Tidak berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis)
6. Hindari tempat-tempat yang meragukan dan bisa menimbulkan fitnah
7. Hindari pertemuan yang lama dan sering, sebab bisa melemahkan sifat malu dan menggoyahkan keteguhan jiwa
8. Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa dan keinginan batin untuk melakukan yang haram, ataupun membayangkannya
Khusus bagi wanita, pakailah pakaian yang yang sesuai syariat, tidak memakai wewangian, batasi diri dalam berbicara dan menatap, serta jaga kewibawaan dan beraktivitas. Perhatikan gaya bicara. Jangan genit!
Dengan begitu jelaslah bahwa Islam tidak mengekang wanita. Wanita bisa terlibat dalam kehidupan sosial bermasyarakat, berpolitik, dan berbagai aktivitas lainnya. Islam hanya memberi frame dengan adab dan etika. Sifat malu adalah salah satu frame yang harus dijaga oleh setiap wanita muslimah yang meyakini bahwa Allah swt. melihat setiap polah dan desiran hati yang tersimpan dalam dadanya. []
Sumber : dakwatuna.com
Selasa, 06 April 2010
tafakkur..
yang kita sia-siakan
pengetahuan yang kita miliki sia-sia karena tak diamalkan
perbuatan yang kita lakukan sia-sia karena tak disertai rasa ikhlas
perjuangan yang kita lakukan sia-sia karena tak ada tujuan yang jelas
pengorbanan yang kita lakukan sia-sia karena mengharapkan pujian
marah yang kita lampiaskan sia-sia karena dilandasi emosi,bukan rasio
cinta yang kita berikan sia-sia karena dilandasi syahwat semata
kekayaan yang kita dapatkan sia-sia karena hanya untuk kepentingan pribadi
kegagalan yang kita alami sia-sia karena dijadikan alasan keputusasaan
musibah yang kita jumpai sia-sia karena tidak menjadikan kita semankin kuat
kesuksesan yang kita raih sia-sia karena membuat kita semankin sombong
anugerah yang kita dapatkan sia-sia karena tidak disyukuri
pelajaran dan peringatan yang kita dengar atau baca sia-sia karena hanya melintas dipikiran
Minggu, 04 April 2010
hikmah kegagalan..
Tuhan, apa Engkau mencoba mengatakan sesuatu kepadaku … ?
Karena …
Kegagalan Bukan berarti aku orang yang gagal
Tapi berarti aku belumlah sukses
Kegagalan Bukan berarti aku tidak mencapai apapun
Tapi berarti aku telah belajar sesuatu
Kegagalan Bukan berarti aku orang yang bodoh
Tapi berarti aku memiliki cukup iman untuk diuji
Kegagalan Bukan berarti aku orang yang memalukan
Tapi berarti aku telah berani mencoba
Kegagalan Bukan berarti aku tidak memilikinya
Tapi berarti aku memiliki sesuatu untuk dilakukan dengan cara yang berbeda
Kegagalan Bukan berarti aku lebih rendah dari yang lain
Tapi berarti aku tidaklah sempurna
Kegagalan Bukan berarti aku harus menyerah
Tapi berarti aku harus berusaha lebih keras
Kegagalan Bukan berarti aku tidak akan pernah berhasil
Tapi berarti aku butuh banyak berlatih
Kegagalan bukan berarti Engkau telah meninggalkan aku
Tapi berarti Engkau pasti memiliki rencana yang lebih baik bagiku
Anonymous, Translated By Dewi R. Puri
sebelum anda mengeluh..
hari ini..
*deshinta arrova dewi [majalah percikan iman]
kisah seorang pendoa
Ketika kumohon kepada Allah KEKUATAN,
Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi KUAT
Ketika kumohon kepada Allah KEBIJAKSANAAN,
Allah memberiku masalah untuk KUPECAHKAN
Ketika kumohon kepada Allah KESEJAHTERAAN,
Allah memberiku akal untuk BERPIKIR
Ketika kumohon kepada Allah KEBERANIAN,
Allah memberiku kondisi BAHAYA untuk KUATASI
Ketika kumohon kepada Allah sebuah CINTA,
Allah memberiku orang-orang BERMASALAH untuk KUTOLONG
Ketika kumohon kepada Allah BANTUAN,
Allah memberiku KESEMPATAN
Aku tidak pernah menerima apapun yang KUPINTA,
tetapi aku menerima segala yang KUBUTUHKAN
Doaku terjawab sudah
113 alasan memakai jilbab..
- Menjalankan syi’ar Islam.
- Berniat untuk ibadah.
- Menutup aurat terhadap yang bukan muhrim.
- Karena saya ingin ta’at kepada Allah yang telah menciptakan saya, menyempurnakan kejadian, memberi rizki, melindungi, dan menolong saya.
- Karena saya ingin ta’at kepada Rasul-Nya, pembimbing ummat dengan risalah beliau
- Untuk memperoleh Ridho Allah (InsyaAllah).
- Merupakan wujud tanda bersyukur atas nikmat-Nya yang tiada putus.
- Seluruh ulama sepakat bahwa hukum mengenakan jilbab itu WAJIB.
- Agar kaum wanita menutup auratnya.
- Bukan karena gaya-gayaan.
- Bukan karena mengikut trend.
- Bukan karena berlagak sok suci.
- Lebih baik sok suci dari pada sok zholim ^_^ .
- Tidak sekadar bermaksud agar berbeda dari yang lain.
- Meninggikan derajat wanita dari belenggu kehinaan yang hanya menjadi objek nafsu semata.
- Jilbab cocok untuk semua wanita yang mau menjaga dirinya dari objek nafsu semata.
- Saya ingin menjadi wanita solihah.
- Saya tengah berusaha mencapai derajat teqwa.
- Jilbab adalah pakaian taqwa.
- Jilbab adalah identitas wanita muslimah.
- Diawali dengan mengenakan jilbab, saya ingin menapak jalan ke surga.
- Menjauhkan diri dari azab panasnya api neraka di hari kemudian.
- Istri-istri Rasulullah berbusana muslimah.
- Para sahabiah (sahabat Rasulullah yang wanita) juga berbusana muslimah.
- Mereka merupakan panutan seluruh muslimah, begitu juga saya.
- Semoga Allah memberikan kepada kita balasan jannah yang sama seperti mereka.
- Untuk meninggikan izzah Islam.
- Untuk meninggikan izzah (kemuliaan) diri sebagai wanita (muslimah).
- Jilbab lebih melindungi diri.
- Membuat saya lebih merasa aman.
- Menjaga diri dari gangguan lelaki usil.
- Menjaga diri dari obyek pandangan lelaki yang hanya ingin ‘cuci mata’.
- Menjaga diri dari objek syahwat lelaki.
- Menjaga diri dari mata lelaki yang jelalatan.
- Menjaga diri dari tangan-tangan usil yang ingin menjamah.
- Menghindari zina mata dan zina hati.
- Merupakan pencegahan dari perbuatan zina itu sendiri.
- Jilbab dapat menghindari saya dari sikap-sikap yang negatif.
- Jilbab dapat menghapus keinginan-keinginan yang menyimpang.
- Membuat saya lebih bersahaja.
- Membuat saya lebih khusyu’.
- Mejauhkan saya dari perbuatan dosa (insyaAllah).
- Membuat saya malu bila berbuat dosa.
- Mendekatkan saya pada Allah.
- Mendekatkan saya pada Rasulullah.
- Mendekatkan saya pada nabi-nabi-Nya.
- Mendekatkan saya pada sesama muslim.
- Mendekatkan saya pada ajaran Islam.
- Membuat saya tetap ingin belajar tentang Islam.
- Membuat saya selalu merasa haus akan ajaran Islam.
- Membuat saya tetap ingin menjalankan ajaran Islam.
- Ajaran Islam berlaku sepanjang masa, tidak ada yang kuno.
- Berjilbab bukan sesuatu yang kuno.
- Mengatakan berjilbab itu kuno berarti telah menggugat otoritas Allah.
- Allah Yang Maha Mengetahui lebih tahu apa yang terbaik bagi ummat-Nya.
- Berjilbab, berarti menandakan kemajuan penerapan ajaran Islam di masa kini.
- Merupakan satu barometer telah terbentuknya suatu lingkungan yang Islami.
- Membedakan diri dari penganut agama lain.
- Memudahkan dalam pengidentifikasian sesama saudari seiman.
- Memperkuat tali silaturahmi dan ukuwah sesama muslimah.
- Menghilangkan keraguan saya bila ingin menyapa saudari muslimah.
- Memudahkan menanamkan rasa sayang-menyayangi sesama saudara/saudari seiman.
- Membuat saya lebih terlihat anggun.
- Membuat saya terlihat menyenangkan.
- Membuat saya lebih terlihat wanita.
- Tidak terlihat seperti laki-laki.
- Membuat saya selalu berada dalam lingkungan yang Islami.
- Jilbab menjaga saya dari pergaulan yang salah.
- Memudahkan saya, dengan ijin Allah, mengenal lelaki yang salih.
- Wanita yang baik (salihah) dengan lelaki yang baik (salih) pula.
- Mudah-mudahan saya diberi jodoh lelaki yang salih.
- Jodoh merupakan urusan Allah.
- Dengan keta’atan pada Allah, Allah akan memberikan kemudahan-Nya.
- Memudahkan saya dalam beraktifitas.
- Membuat lebih mudah bergerak.
- Jilbab menjagaku sehingga tidak terlihat lekuk-lekuk tubuh.
- Sangat repot bila memakai pakaian wanita seperti trend saat ini (yang ketat).
- Saya tidak suka memakai celana jeans.
- Celana jeans yang ketat dapat menyebabkan kanker rahim karena suhu di sekitar rahim tidak beraturan.
- Menghemat waktu dalam berpakaian.
- Menghemat waktu dalam berhias.
- Tidak perlu repot-repot selalu berusaha mengikuti trend mode yang berkembang.
- Menghemat biaya untuk membeli pakaian yang sedang trend.
- Menghemat biaya untuk membeli make up.
- Melindungi kulit wajah dari make up yang dapat merusak kulit.
- Melindungi kulit dari sengatan sinar matahari.
- Meminimalkan penyakit kanker kulit.
- Sengatan matahari dapat mengurangi kelembaban kulit sehingga kulit jadi kering.
- Meminimalkan munculnya bintik-bintik hitam pada permukaan kulit akibat perubahan pigmen di usia tertentu.
- Melindungi rambut dari debu-debu yang berterbangan.
- Debu-debu itu dapat mengotori rambut dan menyebabkan rambut mudah rontok yang berakibat kebotakan.
- Menuntun saya untuk hidup lebih sederhana.
- Menghindari hidup yang konsumtif.
- Membuat diri tidak silau dengan kemegahan dunia dan segala perhiasannya.
- Membuat saya lebih memikirkan hal lain selain mode dan perhiasan.
- Menempatkan wanita menjadi subjek dalam proses pembangunan ummat.
- Lebih mudah dalam menabung.
- Memiliki kesempatan untuk melakukan ibadah haji.
- Memiliki kesempatan lebih banyak untuk berinfaq dan sedekah.
- Itu berarti lebih banyak beramal untuk bekal di hari akhirat.
- Meneladani Siti Maryam, Ibunda Nabi Isa AS
- Menuruti perintah Nabi Isa AS & para Nabi terdahulu. Berdasar ayat: 1 Korintus 11:5 Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak BERTUDUNG, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya. 11:6 Sebab jika perempuan tidak mau MENUDUNGI KEPALANYA, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka HARUSLAH ia menudungi kepalanya. 11:7 Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki. 11:8 Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. 11:9 Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki. 11:10 Sebab itu, perempuan HARUS MEMAKAI tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat. 11:11 Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. 11:12 Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah. 11:13 Pertimbangkanlah sendiri: PATUTKAH PEREMPUAN BERDOA KEPADA ALLAH DENGAN KEPALA YG TIDAK BERTUDUNG?
- Memurnikan ajaran yg telah hilang dari ummat terdahulu
- Melaksanakan perintah dalam Qur'an, Taurat, Zabur (Mazmur) & Injil
- Membuktikan jika ummat lain telah menghilangkan ajaran para Nabi terdahulu
- Melindungi diri dari api neraka
- Menjaga kesucian jiwa orang lain
- Mengingatkan orang lain pada perintah ALLAH\
- Mengikuti Jalan, Hidup & Kebenaran yg diajarkan oleh Nabi Isa AS
- Sampai kepada ALLAH melalui jalan Nabi Isa AS yg telah dihilangkan oleh ummat terdahulu & dimurnikan kembali oleh ALLAH dalam Qur'an melalui Rasulullah Muhammad SAW
- Lebih berharga jika tertutup rapih dibanding dibuka percuma/free
- Tabungan dapat digunakan untuk jalan ALLAH
- Memberi contoh baik bagi anak & sekitar
- What next???