Sabtu, 16 Januari 2010

Sengsara Membawa Ni'mat



Teringat kembali suatu ketika di sabtu malam sunyi, diiringi gemercik air yang menderu menggesek-gesek ke atap genting (keur hujan ngaririncik, hahahaha..) Terlihat seorang anak Adam tertunduk lesu meratapi nasib diri. Tatapan mata meratap kosong seolah sedang mencari tempat untuk mencurahkan segala keluh kesah dihati.
Penasaran terasa hinggap dibulu roma, sehingga bergegas kudekati sang anak Adam untuk mengetahui apa gerangan yang terjadi dan membuat dia terlihat begitu sedih. Dengan bercucuran air mata si anak Adam pun mulai bercerita,
"Gini A, saya sedih kenapa seh hidup saya terasa hampa, yang ada malah susaaaaaaahh terus yang dirasa. Terkadang iri melihat orang yang berlalu-lalang sambil menenteng kuda besi import jepang maupun eropa (mobil atuh lah..) Kapaaan mereka seperti saya ??!"
Sedikit nurani berucap dalam hati,
"ach atuh neng, wayah gini masiiihhh az mikirin dunia,"
Tanpa waktu lama, kucoba tuk beranikan diri mencoba ucapkan perasaan yang ada dihati, dengan intonasi semangat membara.
"sudahlah nenk, tak perlu ragu tak perlu risau, dunia hanya sementara, janganlah pikiran kita ini diperas demi kepentingan dunia semata, masih ada kehidupan yang lebih kekal di akherat sana, tong hariwang teu bisa dahar, cicak az yg gag punya sayap masih bisa hidup dari makan nyamuk, padahal nyamuk punya sayap sedangkan cicak tidak, tapi cicak tidak pernah mengeluh, masa kita kalah sama cicak, mereka terus berusaha, karena yg menentukan tetaplah Allah. Tetaplah bersemangat dalam berusaha, bukankah manusia itu ciptaan Allah yg paling sempurna?. Semua sudah ada yang ngatur, begitupun juga manusia, sejak kita lahir sudah tertulis di lauhul-mahfudz, tinggal pintar-pintarnya manusia saja dalam meng-instrospeksi diri, apakahsemua terjadi karena ibadah kita yang kurang ato karena dosa kita yang terlampau menggunung tinggi namun tidak pernah di-istighfar-an ato juga karena kurangnya rasa syukur kita terhadap segala ni'mat yg telah Allah berikan, sehingga allah mencabut keberkahan dalam setiap harta yg kita dapatkan? silahkan instrospeksi diri."
Tak terasa ternyata segala ocehan ini sudah membuat jarum jam bergerak 180 derajat, kami berdiam sejenak meresapi apa yg telah terucap sambil berpikir lagi dengan kata2 yang akan dilempar selanjutnya (*bari gagato hulu). Setelah membisu sejenak (seperti di kuburan-red), kujejali lagi sang anak Adam dengan nasehat2 lain seperti dalam film-film, kembali dengan intonasi penekanan.
"banyak2lah kamu berbaik sangka terhadap tuhan, bukan berarti tuhan membiarkan kamu sengasara kecuali agar kamu bisa memetik hikmah didalamnya. Siapa tau tuhan membiarkan kamu sengsara karena kamu dirasa takkan sanggup menanggung beban amanah dari harta yang nntinya harus dipertanggungjawabkan di akherat kelak, karena cobaan yg sesungguhnya itu adalah ketika kita dicoba dengan harta. Terkadang manusia lulus saat diberi ujian dengan kesusahan, dia dekat dengan Tuhan-nya. Namun malah tersungkur saat diberikan ujian dengan kekayaan dan kekuasaan, tahu kenapa? karena kurangnya rasa syukur, dia lupa bahwa diatas langit masih ada langit, bahwa diatas kekayaan dan kekuasaanya masih ada yg maha kaya dan maha berkuasa atas segala-galanya. Suatu saat mungkin ada waktunya jikalau Tuhan menilai kamu memang sudah siap. Namun jikalau waktu itu tidak datang jua, maka tetaplah ber-khusnudzon kepada tuhan karena kesengsaraan dirasa lebih baik bagi kamu karena dengan kesengsaraan itu kamu malah jadi lebih dekat dan banyak mengingat tuhan dibanding saat kamu bergelimangan harta."
Usai jejalan kata itu sang anak Adam pun hanya bisa melongo (entah mengerti ato tidak ?!) mendengar kata2 yang memberudul tadi, tapi si anak Adam tak sebodoh perkiraan karena dia menangkap maksud dari kata2 diatas. Walaupun sempat loading lama sekali akhirnya dia pun menyanggah,
"eh enya ketang nyak a, kahartos pisan naun nu ku aa dipihatur teh, da teu pati2 pangeran masihan cobian teh nu teu sateker sareng kamampuan urang, candak hikmah na wae nyak a, mugi-mugi KESENGSARAAN INI MEMBAWA NI'MAT"
kitu cenah kata anak Adam. Alhamdulillah, dengan perasaan tenang si anak Adam pun pulang dan menghilang dikegelapan (huyug ciah).

wallahu a'lam








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails