Alkisah tersebutlah seorang penjual kue Lumpia, Pak Bejo namanya. Ia juga seorang pengajar ngaji anak-anak kecil di sekitar rumahnya. Ia menempati rumah atau lebih tepat disebut kamar kos-kosan sempit, kira-kira berukuran 3 m2. Di kamar itulah dia hidup dengan istri tercintanya. Tempat ia tidur, masak, dan sekaligus juga digunakan sebagai tempat mengaji anak-anak kecil disekitar tempat tinggalnya. Karena tempat yang sangat sempit itu membuat anak-anak sebelum mengaji harus meminggirkan peralatan yang berada di tempat tersebut. Namun mereka enjoy saja dengan keadaan tersebut.
Suatu hari Pak Bejo berkata pada Istrinya, " Bune seandainya kita bisa membeli tanah di gang depan itu, mungkin anak-anak akan lebih nyaman mengajinya. Kadang saya kasihan melihat anak-anak harus berhimpitan saat mengaji.", angan-angan Pak Bejo. Tanah yang dimaksud adalah sebidang tanah kosong milik Pak Haji Ali berukuran 5 x 11 m, berada kurang lebih 50m dari kos-kosannya. Dan apa jawab istrinya ketika Pak Bejo mengutarakan mimpinya, "Alah Pak, uang apa dan darimana buat beli tanah itu?", sungut istrinya. Pak Bejo hanya diam menanggapi istrinya, dan hati kecilnya membenarkan perkataan istrinya, mengingat pekerjaannya hanya penjual kue Lumpia yang hasilnya hanya pas-pasan buat makan sehari-hari.
Pernah iseng-iseng ia menanyakan harga tanah itu kepada Haji Ali, ternyata harganya sekitar 15 Juta. Lingkungan kos-kosannya memang di daerah terpencil dan kumuh sehingga harga tanah masih sangat murah. Namun walaupun murah dia memang tak mempunyai uang sepeserpun buat beli tanah itu.
Ramadhan kemaren ia berkunjung ke seorang sahabat yang diseganinya, sebut saja Pak Surya. Ia ceritakan tentang keinginannya memiliki sebidang tanah itu, juga jawaban istrinya yang tak ia salahkan. Sobatnya yang memang rada nyentrik ini ternyata cukup marah mendengar ceritanya, " Apa? Uang apa? Apa hanya uang yang kuasa untuk membeli tanah itu?, Jo, Bejo...jangan pernah lalai dengan kehendak Allah, kalau kamu meminta, maka Allah akan berikan, tidak harus dengan uang!", jawab Pak Surya dengan nada tinggi. Pak Bejo sendiri dalam hatinya beristighfar, dia yang notabene guru ngaji saja bisa mengesampingkan kuasa Allah, walaupun dia juga sadar dengan keberadaan dirinya. "Lagipula Jo, bilang pada istrimu, jangan malah memutus rahmat Allah dengan lisannya, keinginanmu memiliki tanah itu adalah do'a, yang tak harus diputus dengan kalimat putus asa seperti istrimu itu. Lebih baik jika ia mengaminkan keinginanmu, bahkan menambah do'a itu 'Semoga Allah mengijabahi', gitu!", tambah Pak Surya yang masih berkata dengan nada tinggi.
"Iya bener Mas, maaf kami memang sedang lalai, akibat keadaan kami yang serba susah, kami jadi kufur nikmat", sesal Pak Bejo.
"Sebaiknya kalian segera bertobat, sholat tobat, dan banyak-banyak istighfar!, bener sampaikan ini pada istrimu ya?!" perintah Pak Surya.
"Baik Mas, kami akan bertobat, Insyaallah saya akan berusaha keras dan berdo'a untuk memiliki tanah tersebut, Bantu do'a ya Mas?" ucap Pak Bejo.
"Nah gitu dong, itu namanya Ustadz Bejo!" kali ini nada suara Pak Surya sedikit melembut dan tersenyum.
"Satu hal lagi Allah ingin melihat usahamu, apakah engkau benar-benar tawakal sebenar tawakal, beda jauh esensinya jika kamu tawakal tapi hanya berdiam diri, hanya berharap-harap thok, itu namanya gombal! Tapi tawakal dengan sepenuh perjuanganmu pasti hasilnya akan lain. Allah tidak membutuhkan hasilmu, tapi Allah ingin melihat proses perjuanganmu, apakah hanya karena Allah saja atau ada kepentingan lain yang terselip di hatimu? nah coba camkan itu ya?" urai Pak Surya panjang lebar.
Pak Bejo hanya mengangguk mengiyakan, dan pamit pulang.
Usaha pertama yang dilakukan Pak Bejo adalah meminjam uang kepada Bosnya, juragan Lumpia yang masih keturunan Tionghoa. Awalnya bosnya menyangsikan kesanggupannya membayar hutang 15 juta, karena ia hanya berdagang kue yang tak seberapa hasilnya. Namun bosnya ini juga bersimpati, dan seorang yang hanif karena demi mendengar alasan Pak Bejo yang ingin membeli tanah itu agar anak-anak didik mengajinya lebih khusyu' belajar, akhirnya meluluskan permintaan Pak Bejo untuk berhutang 15 juta rupiah.
Dengan bekal 15 Juta rupiah yang telah tergenggam, sore itu ia bermaksud segera ke tempat Haji Ali yang notabene adalah tetangga dekatnya untuk membeli tanah dari uang hasil mengutang tadi.
"Assalaamualaikum", salam Pak Bejo dan Istrinya hampir bersamaan.
"Waalaaikum salam warahmatullahiwabarakaatuh", jawab Pak H. Ali.
"Tumben nih!, monggo..monggo silahkan masuk, eh.. iya saya mau tanya, sampeyan masih minat nggak dengan tanah itu?" tanya Pak H. Ali.
"Ya itulah, Pak Haji, maksud kedatangan kami kesini, salah satunya juga masalah tanah itu,"kata Pak Bejo mengawali pembicaraannya.
"Oh gitu..., tapi uang apa yang akan kamu gunakan buat beli?" kata Pak H. Ali. Kalimat itu bukan karena meremehkan kemampuan Pak Bejo, namun sebagai tetangga dekat juga tempat mengutang, Pak H. Ali tahu persis kehidupan keluarga Pak Bejo.
"Udah gini aja ...asalkan kamu janji tanah itu memang kamu peruntukkan bagi tempat mengaji anak-anak, maka tanah itu saya hibahkan buat kamu saja," kata Haji Ali.
Mulut yang akan menyela ketika Pak Haji Ali mempertanyakan uang darimana?, seakan terbungkam dengan kalimat Pak H. Ali yang didengarnya barusan. Pak Bejo dan istrinya seakan tak percaya dengan yang didengarnya barusan.
Begitulah ketika lebaran tiba, ia bersama istrinya bersilaturahmi kerumah sobatnya, Pak Surya. Dengan berlinang air mata ia ceritakan semua peristiwa yang dialami. "Yah itulah pelajaran indah dari Allah untuk kita bercermin. Terlalu sering kita meremehkan hal-hal kecil, kalau memang kita merasa tak mampu jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Ingat! setiap keinginan baik dari diri kita adalah do'a dan bagi yang mendengarnya wajib untuk mengaminkan, bukan malah menyangsikannya. Teramat mudah bagi Allah untuk mengabulkan segala keinginan kita, tapi yang terjadi adalah kita malah tak sabar dengan janjiNya yang pasti benar!, ingatlah pelajaran indah ini, dan jadikan jalan kalian untuk selalu bersyukur dengan rahmatNya!" ucap Pak Surya.
Cerpen yang terinpirasi dari oleh-oleh bersilaturahmi ke rumah seorang sahabat dan guru yang nyentrik abis... semoga memberi kekayaan bagi jiwa kami.
sumber : ngerumpi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar